TERHENYAK KARENA "CORONA"


Semua manusia di atas bumi, ternganga dan kebingungan dengan apa yang mereka lihat, dengar, rasa, ucap dari sebuah kata "CORONA". Kata dan sebutan yang sangat menakutkan dan begitu membuat resah seantero dunia. Negara segagah Amerika, selihai Cina dan seindah Italia bertekuk lutut pada "CORONA". Jutaan manusia di belahan dunia manapun memilih untuk masuk ke dalam "bunker-bunker" rumah, seakan melawan tentara perang yang sangat kuat dan dahsyat. Bom atom Horoshima  & Nagasaki tahun 1945, pembantaian dengan gas beracun yang dilakukan tentara NAZI kepada orang Yahudi, Gipsi dan penyandang cacat mental (Euthanasia) di tahun 1941, kalah heboh dibandingkan serangan "CORONA", yang dapat menghantam manusia di seluruh belahan dunia secara masif dan serentak. Angka korbannya per hari adalah urutan yang bersifat eksponensial. Pasukan "CORONA" adalah pasukan yang sangat sadis dan tidak memilih-milih siapa lawannya, agama apapun, suku apapun, bangsa apapun, jenjang pendidikan apapun semuanya akan dihantam bila tidak masuk ke "bunker-bunker rumah".

Di awali Desember 2019 di Wuhan negeri Tirai Bambu, awalnya biasa-biasa saja, mata dan telinga dunia seakan tidak melihat dan mendengarnya. Penduduk di daratan Tiongkok inipun awalnya abai, apalagi negeri lainnya, seakan tentara "CORONA" yang tak kelihatan dengan mata telanjang karena besarnya hanya 400 - 500 micro ini, di anggap sepele dan dapat dengan mudah dibasmi. Namun kenyataannya justru sebaliknya, yang kecil inilah yang berbahaya dan karena dia tidak terlihat. Nyatanya lebih dari 3000 orang meninggal di Cina juga di Italia, lebih dari 1000 orang meninggal di Iran, demikian juga korban berjatuhan di Korea, India, Amerika dan semua negeri termasuk Indonesia. Belum lagi yang sudah di lumpuhkan oleh "CORONA" di buat tak berdaya dan harus terkapar di bilik-bilik isolasi rumah sakit. Panik, chaos, bingung, seakan tidak ada kepastian. Ekonomi bergerak lambat, aktivitas ekonomi dan sosial lumpuh.

Masihkah ada secercah harapan ? Inikah hukuman dari Tuhan atas dosa manusia ? Apakah ini tanda-tanda dari kiamat ? Marilah kita bertafakur, mengambil hikmah dari peristiwa ini. Masih sanggupkah kita berprasangka baik atau chusnudzon kepada peristiwa "CORONA" ini ?  Sebagai orang beriman yang selama ini diperlihatkan melalui aktivitas ritual pada fisik  dari agama yang dianutnya, pasti merasa ada suatu ganjalan yang menimbulkan segudang tanya. Beribadah koq dibatasi dan dilarang, padahal Tuhan mewajibkan manusia untuk perbanyak ibadah secara berjamaah.  Ke Mesjid dilarang, ke Gereja tidak disarankan, ke Vihara tidak dianjurkan, ke Pura sebaiknya dihindari, ke Kelenteng pun jangan. Di satu sisi bahwa ciri orang beriman itu, dalam ibadah yang afdol itu adalah menomorsatukan kegiatan secara berjamaah, umat beriman kristiani dianjurkan hidup menggereja dengan sesama umat, demikian juga halnya dengan saudara kita yang beragama hindu dan Budha serta Kong Hu Cu.

Semuanya berasal dari yang Maha Kuasa Tuhan Allah kita, tidak ada sesuatupun terjadi di atas muka bumi ini tanpa ijin dariNya. Inilah saat kita disadarkan tentang kekuasaan dari YANG MAHA KUASA, menegur para pemimpin dunia yang kadang sering 'sok kuasa'. Kita semua di ingatkan bahwa manusia adalah sama, yang hidup dan matinya hanyalah pada kehendak Sang Khalik. Peristiwa 'CORONA' mengajak kita semua untuk mengunci diri kita, agar berkomunikasi lebih khusyu dan personal dengan Tuhan kita melaui doa-doa pribadi. Tuhan mau kita semua meninggalkan pesta pora, selebrasi, kegaduhan, obrolan yang tidak penting di cafe-cafe. Tuhan menitipkan pesan tinggalkanlah kemaksiatan di tempat-tempat perjudian, prostitusi. Tuhan mengingatkan bahwa saatnya untuk berbenah diri dan bertenggang rasa dengan mereka yang tidak sanggup untuk bepergian kemana-mana karena keterbatansan fisik atau ekonomi.

'CORONA' telah menggairahkan pentingnya hidup dalam keharmonisan dalam rumah tangga antara suami - istri - anak yang mulai diabaikan karena kesibukan bekerja mencari nafkah. Kebahagiaan bukanlah karena kemewahan dan banyaknya harta, tetapi keluarga yang bahagia adalah ketika kita bisa menghidupkan kembali makna dari makan bersama, berdoa bersama dan bermain bersama. Melalui 'CORONA" Tuhan menitipkan pesan bahwa setiap orang merindukan kebersamaan, kasih sayang dari orang-orang terdekat dan itu adalah keluarga. 'CORONA' mengajarkan kepada setiap orang tua untuk mengutamakan pendidikan di dalam rumah, karena selama ini banyak orang tua berpikir bahwa pendidikan adalah tanggung jawab dari lembaga sekolah. Padahal pendidikan karakter itu pertama dan utama lahir dan hidup dari kebersamaan dalam keluarga.

Tuhan sungguh MAHA TAHU dan MAHA BIJAKSANA, bahwa DIA ingin menyampaikan pesan bahwa 'kembalilah kepada keluarga kalian', hiduplah rukun dan damai dalam 'bunker-bunker rumahmu', karena itulah yang akan menyelamatkan kehidupanmu. Ketika kita kecewa, ketika kita frustrasi, ketika kita seorang diri, ketika kau merasa tidak ada harapan, kembalilah dan hiduplah dalam keluarga di rumah, hadirkan Tuhan dalam rumah kita dan itulah yang TUHAN inginkan. Bukan di cafe, bukan di keramaian, bukan di mall, bukan di kantor tetapi di dalam hati istri dan suami kita, di dalam hati ayah/ibu kita, di dalam hati anak-anak kita. CORONA akan membawa pesan kedamaian bagi keluarga bukan musibah yang berbahaya. Tidak semata-mata Tuhan ijinkan semuanya terjadi bila Tuhan tidak memiliki tujuan yang besar dan kebaikan pada dunia ini. "CORONA" tidak sekejam dampak dari keluarga yang disharmoni, "CORONA" tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan anak-anak yang broken home karena orang tua yang egois, "CORONA" tidak sebahaya dengan anak-anak yang frustrasi merasa kesepian di rumahnya, karena ayah ibunya pengejar harta dan popularitas.



Akhir kata, marilah kita mengambil hikmah dari situasi kondisi saat ini. Saat yang tepat untuk kita mempersiapkan 'bunker-bunker' rumah kita yang di isi dengan kasih sayang, saling mendengarkan, saling berempati, saling menolong dan saling mendoakan. Saatnya sebentar lagi "CORONA" akan meninggalkan kita dengan sebuah pesan "Hiduplah dalam kasih Tuhan Allahmu, yang kalian hidupkan dalam keluargamu, karena itulah kekuatan kalian ketika kalian kembali melihat dan beraktivitas di luar sana". Melalui "CORONA", Tuhan akan menyelamatkan keluarga kita.  (DS-@metschoo, sun 22/3/20, 12.47)










Komentar

  1. Mashaallah.. Luar biasa, kajiannya pak Darmawan benar" menyentuh...semoga setelah badai corona berlalu, kita menjalani hidup dengan lebih baik lagi, lebih proporsional antara ibadah, keluarga dan pekerjaan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih bu Anna, pasti ada hikmah di balik setiap peristiwa

      Hapus
  2. Speechless Pak. Rasanya jarum jam berputar lambat sekali... Banyak sekali pelajaran yg terus kita cari maknanya. Terima kasih tulisannya yg menginspirasi Pak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama bu Ilmi, terima kasih semoga kita dapat selalu saling berbagi

      Hapus
  3. Subhanallah, terima kasih pak dar, sudh mengingatkan kami utk lebih bisa instropeksi diri dan selalu bertaqwa kepada Nya. Dan keluargalah tempat kita yg aman ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

OLD & NEW YANG BERAKHIR PILU